Bom Kampung Melayu, Ini Jawaban Cerdas Kapolri 

Sabtu, 27 Mei 2017 | 23:13:49 WIB

Metroterkini.com - Kapolri Jenderal Tito Karnavian secara tegas membantah tuduhan sekelompok orang yang menyebut peristiwa bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta Timur adalah rekayasa Polri untuk pengalihan isu.

Menurutnya, pelaku bom bunuh diri Kampung Melayu adalah jaringan sel Mudiriyah Bandung Raya yang dipimpin Jajang, yang berkaitan langsung dengan jaringan Bahrun Naim yang pernah melakukan bom Thamrin. 

“Jaringan Bahrun Naim merupakan cabang ISIS yang memiliki paham Takfiri yaitu menegakkan ideologi kekhilafahan,” ujar Kapolri dalam siaran persnya, Sabtu (27/5).

“Faham Takfiri ini mengajarkan untuk menyerang 2 kelompok yang dianggap kafir yaitu Kafir Harbi dalam hal ini polisi yang dianggap sebagai kafir yang melakukan penyerangan agresif terhadap mereka”.

Kapolri menambahkan, polisi dianggap sebagai antek-antek negara kafir karena negara kita dianggap sebagai negara kafir (thaghut) yang berbeda ideologi dengan teroris dan menentang kekhilafahan. 

Tito menyebut, penyerangan terhadap polisi oleh kelompok sel Mudiriyah Bandung Raya sudah dimulai Desember 2016, tapi berhasil digagalkan polisi. 

“Bom di Simpang 5 Senen berhasil digagalkan kemudian pelakunya ditangkap ketika bersembunyi di waduk Jatiluhur. Kemudian bom panci yang targetnya Mapolda Jabar dan pos polisi di Taman Pandawa, bom meledak prematur. Pelakunya lari ke kantor Kelurahan kemudian dikejar sekelompok anak SMA, dikepung masyarakat dan pelakunya tertembak mati oleh polisi,” tegas Tito. 

Lebih jauh Kapolri menjelaskan, waktu itu sudah terdeteksi nama pelaku bom bunuh diri Kampung Melayu dalam jaringan sel Ahmad Sukri dan Iwan. Namun mereka paham sistem komunikasi harus hati-hati untuk menghindari dideteksi polisi sehingga kemudian terjadilah bom bunuh diri Kampung Melayu. 

Lantas, kenapa Kampung Melayu yang jadi target? “Karena ada pos polisi, bukan masalah tempatnya tapi targetnya (calon korban) yang penting polisi yang sedang bertugas yang disebut mereka kafir harbi,” urai Tito. 

Terkait tuduhan kelompok masyarakat yang mengatakan polisi kecolongan juga dibantah Kapolri. Menurutnya, dari 100 rencana teroris, 99 berhasil digagalkan. Jika ada satu meledak, itu tetap kemenangan Polri.

Karenanya, Kapolri tidak kaget. Ketika Densus 88 berhasil melumpuhkan teroris di Tuban, kelompok masyarakat akan menganggap itu tugas polisi. Namun ketika terjadi bom, polisi dianggap kecolongan. 

“Kelompok ini tidak paham jaringan teroris dan selalu menganggap ini rekayasa polisi. Sutradara Hollywood sehebat apapun tidak akan mampu merekayasa dan membunuh anggota polisi sendiri,” tambahnya.

Sementara itu, terhadap polisi yang menjadi korban bom Kampung Melayu, Polri memberikan penghormatan yang tidak kecil. “Polisi punya tugas memberantas teroris dan melindungi masyarakat. Polisi yang gugur itu termasuk mati syahid karena berperang dan berjuang di jalan Allah,” pungkas Kapolri. [sjah]

Terkini